Jumat, 26 September 2014

Jakarta, 26 September 2014


Jakarta, 26 September 2014

7 kata yang memberikan Miliar-an cerita bagi tiap makhluk yang berada di dalamnya. Jakarta yang mengatarkan pertemuanku dengan petinggi negeri ini. Tapi Jakarta pula lah yang mengajarkan arti kerasnya kehidupan yang sebenarnya. Di mana ada uang, aku disayang. Gak ada uang aku harus bersiap jadi gelandangan. (Alhamdulillah belum sampai pada fase itu). Karena aku masih ada kakak tersayang di ibu kota ini yang bersedia menampungku beserta dengan sifat ajaibku. Walaupun begitu, aku tidak ingin membebani kakakku seutuhnya. Aku tetap patungan membayar kos semampuku dan menanggung biaya hidupku sehari-hari. (Alhamdulillah masih ada sisa gajiku di tempat kerjaku kemarin). Siapa yang tidak kenal Jakarta? Siapa yang tidak ingin merasakan gemerlap ibukota. Artis, pejabat, hingga rakyat jelata dengan miliaran kisah mewarnai media setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detiknya. Kota besar yang tidak pernah tidur. Kota yang dipenuhi miliaran manusia (ini hiperbola, biar ada kesan lebay-nya). Kota yang menghasilkan prestasi tingkat nasional (karena pusat pemerintahan memang ada di sini) hingga kota yang menghasilkan kisah miris. Pejabat yang tersangkut kasus korupsi, suap, pelaku pelecehan seksual. Kenalkan aku, Anges Mona (bukan nama sebenarnya). Walaupun aku bernama Agnes, tapi aku seorang muslim. Mungkin orang tua ku pengen aku meraih kesuksesan seperti artis muda Agnes Monica atau yang akrab dipanggil “Anges Mo”. Jujur, aku juga pengen seperti dia. Menjadi wanita yang suskes di bidang yang ia sukai dan ia kuasai. Tapi yang terpenting, aku ingin menjadi pribadi tangguh, yang berani bermimpi, berambisi mengejar mimpi, dan sabar dalam menunggu hasil tersebut menjadi kenyataan. Tapi mimpiku bukanlah menjadi penyanyi go international seperti AgnesMo, ku bermimpi bisa menjadi pegawai PNS atau BUMN di bidang kesehatan. Bisa mengaplikasikan ilmu kesehatan masyarakat yang aku miliki. Aku sungguh ingin mimpi tersebut benar-benar menjadi kenyataan. Itulah mimpi besar dalam hidupku. Aku mau cerita sedikit, mengapa di awal kalimat aku membahas mengenai Ibukota Jakarta. Aku asli, lahir dan besar di kota Padang. Kota yang maju di bidang pendidikan, menghasilkan banyak lulusan cerdas yang kebanyakan telah merantau ke negeri orang. Merantau, merupakan kebiasaan turun-temurun dari suku ku ini. Baik dia laki-laki ataupun perempuan. Semua berlomba mengejar mimpi di negeri orang. Namun, jiwa merantauku “sedikit” melenceng dari kebanyakan orang Minang. Aku masih belum bisa melepaskan comfort zone di tanah kelahiranku, Padang. Eh, aku ceritanya loncat-loncat ya? Maap yak >.< Faktor golongan darah AB ini kayaknya. Kembali mengapa aku bisa mendaratkan kaki di Jakarta. Singkat cerita, aku lulus di salah satu perusahaan media swasta nasional ternama di Indonesia. Aku tidak mau menyebutkan merk takut nanti aku bisa terjerat kasus Undang-Undang Pers. Semua bisa dijerat ke pengadilan saat ini, salah satunya melalui peran media. Kembali ke media tersebut. Aku resmi diangkat sebagai calon wartawan pada bulan Mei 2014. Dengan proses seleksi selama 1 bulan, yaitu bulan April 2014 lalu. Aku bertemu teman-teman dari berbagai universitas, baik negeri maupun swasta. Setelah proses seleksi tersebut, terpilihlah kami sebanyak 28 orang dan aku 1 dari 28 orang tersebut. Aku sangat merasa bahagia dan bangga bisa terpilih dan mengalahkan pesaing sebanyak 300an orang lainnya. (Kata panitia, pada saat ujian psikotest yang ikut sebanyak 400an orang). Namun, sesungguhnya, aku tidak begitu paham dengan tugas dan keahlian yang dimiliki oleh seorang wartawati. Terutama wartawati bagi media ini yang dikenal paling kritis. Tiga hari pelatihan dilakukan di Sinargalih, Bogor, tepatnya daerah sebelum menuju puncak. Jujur, aku sangat senang bisa ikut pelatihan ini karena banyak calon wartawan yang cakep-cakep. Hehee. Dari jurusan dan universitas terkemuka di Indonesia juga. :* Tapi ada hal yang bikin aku “sedikit kecewa”, mereka tidak ada yang melirikku. Masalah yang selalu aku temui di mana pun aku berada. Karena banyak calon wartawati lain yang manis, cantik, dan pastinya langsing. *hiks* Di sisi lain, aku menikmati pelatihnan tersebut. Tetapi di sisi lain, aku merasa tertekan karena aku belum pernah punya pengalaman menulis di media. Ketika sesi bermain, aku sangat bersemangat. Ketika sesi menulis, aku langsung tegang. Haha. Masih teringat dengan jelas, ketika panitia pelatihan (wartawan dan wartawati handal) menunjuk salah satu di antara kami untuk menampilkan tulisan yang kami buat. Entah mengapa, sejak saat itu hingga aku resign dari media ini, aku malu memamerkan tulisanku. Seakan aku tidak yakin dengan tulisan yang telah aku buat sendiri. Malu ini, bukan tanpa alasan. Memang diakui mereka harus mengajarkanku dunia tulis-menulis dari nol! Sedangkan teman-teman yang lain di antaranya sudah punya pengalaman sehingga mereka amat sangat menikmati sekali sesi tulis-menulis tersebut. Singkat cerita (lagi), berikut fakta-fakta pendukung mengapa aku memutuskan untuk resign: - Selama dua bulan berturut-turut nilai produktivitas tulisan ku (yang dimuat di media online atau cetak) paling sedikit. (Ini di luar satu orang temanku yang pertama kali memutuskan untuk resign) - Teman-teman yang nilai produktivitasnya rendah pada bulan pertama (sama denganku) menunjukkan peningkatan drastis pada bulan ke dua. Sedangkan aku memang juga ada peningkatan, tetapi tidak memuaskan menurut versi atasanku. *yawn* - Pada bulan ketiga aku tetap mengalami peningkatan, dan jadi nomor dua terendah (setidaknya bukan aku yang paling rendah), hehe. Tetapi peningkatan ini tidak masuk hitungan menurut versi atasanku (lagi). Aku sudah berupaya maksimal, mecoba total, tetapi aku masih “gagal” menikmati tekanan tersebut. Tekanan luar biasa. Alhasil, aku terkena apes luar biasa. “Smartphone Ace 3 gue yang belum genap berumur 1 bulan, hilang, lenyap. Setelah pulang piket malam, sekitar pukul setengah 2 dini hari. Aku sudah mengikhlaskannya (Alhamdulillah udah ada gantinya (), tetapi satu hal yang membuat aku mantap resign, kalau resiko jadi wartawati ini tidaklah kecil. Tidaklah sesuai jika aku tidak menikmati profesi ini. - Ditambah lagi, dengan jeleknya citra aku di depan atasanku, mengakibatkan aku tidak begitu diacuhkan dan diperhitungkan oleh teman-teman seperjuanganku, teman calon wartawan 2014. Tidak dibully tetapi diacuhkan. Aku yang terbiasa dianggap ada oleh lingkunganku, mengakibatkan ada rasa beban atau iba hati. ( Aku ingin menunjukkan eksistensiku, tetapi akau malah gagal menunjukkan eksistensiku pada kelompokku sendiri. >.< Weekend tidak libur (kecuali emang dapat jadwal libur), lebaran tidak libur, libur nasional tidak libur. Memang begitulah jadwal kerja di dunia media, yang membuat aku jenuh dengan pekerjaan ini. Setelah memutuskan untuk resign, itu sebelum dibagikannya rapor trimester I. Dan eng ing eng, aku satu-satunya yang mendapatkan nilai C. nilai paling buruk dibandingkan 25 orang temanku yang lain (karena temanku yang resign sudah berjumlah 3 orang termasuk aku, sehingga yang bersisa sebanyak 25 orang). Aku mendapatkan rapor karena aku keluar setelah menyelesaikan satu kompartemen selama 3 bulan sehingga penilaian tetap bisa dilakukan. Helooo! Betapa malunya aku mendapatkan nilai terendah C cuy. Yang lain banyak yang dapat nilai A, dan sisanya nilai B. Hahaa, for the first time, aku merasakan gimana jadi orang paling goblok di kelas, paling goblok seperusahaan. Helloh, gue paling bego nih! Sebenarnya permasalahan ini juga terjadi pada dua tempat kerja aku sebelumnya. Aku dikalahkan oleh persaingan. Aku kalah melawan rasa malasku sendiri. Rasa malas untuk bersaing secara sehat. Aku takut kalah bahkan sebelum persaingan tersebut dimulai. Aku kalah karena aku gagal mencintai pekerjaanku tersebut. Aku bekerja tidak dengan hati. Aku gagal menikmati persaingan tersebut dengan teman-teman sepersainganku lain. Aku takut bekerja total untuk hal yang tidak aku sukai. Ternyata aku bukan “adapter hal baik”yang baik. Aku sadar, aku tidak total, karena ini bukan CITA-CITAKU. Aku ingin kembali ke dunia kesehatan, dunia yang paling aku sukai dan aku mau kuasai. Walaupun persaingannya luar biasa berat, aku sering kalah di bidang yang ku cintai ini. Aku tau ada rencana Allah SWT yang indah dibalik kegagalan-kegagalanku ini. Aku harus berupaya kuat, melepaskan segala kesusahan yang ada di dalam hati. Membiarkan tubuh dan jiwa ini meraih mimpi. Aku yakin, sebentar lagi mimpiku akan menjadi nyata!!! InsyaAllah *dagdigdug nunggu kelulusan bahan cpns kemenkes 2014 nih* ----- sekian dulu yak edisi Jakarta ku ini, besok-besok kita sambung lagi yah, banyak hal yang ingin aku share mengenai ibukota kita ini. Dadahhhhh----- Kiss… Kiss… Kiss… :* :* :*

Kamis, 25 September 2014

Jakarta, Miliar Cerita


Jakarta, 26 September 2014 Hello Jakarta, tak terasa udah 6 bulan aku di sini. Berawaldari undangan untuk mengikuti undangan psikotest calon reporter salah satu perusahaan media swasta nasional terkemuka di Indonesia. Aku mengikuti tes tersebut selama 1 bulan. Tes tersebut berlangsung sebanyak 6 kali. Aku mengikuti tes ini dalam keadaan biasa saja. Dalam artian, aku ikut tes imi di Jakarta, supaya aku ada alasan untuk datang ke ibukota ini. Media besar ini yang sudah terkenal sejak almarhum papaku masih ada di dunia. Ini alasan mengapa aku rela datang dari Padang ke sini, cuma untuk mengikuti tes yang aku belum pasti lulus. Dengan modal tiket pesawat dan tumpangan kakak kandungku di Jakarta, tepatnya di Jakarta Pusat. Kali ini, aku akan menceritakan kembali mengenai perjalanan aku mengikuti tes di media swasta ini. Calon reporter, aku yang tidak punya basic pers saat kuliah, atau sebelumnya di perusahaan media yang lain. Aku a tara mimpi dan sebuah keisengan. Setelah aku jalani selama genap 3 bulan liputan, 3 hari pelatihan dan sebulan masa tes. Aku menikmati setiap tes yang dilakukan. Mulai dari psikotest pada permulaan tes yang diikuti oleh 400an orang. Aku menikmati kata demi mata yang disampaikan panitia rekrutmen karyawan. Mereka lucu-lucu dan pandai meningkatkan semangat peserta. Ketika hasil psikotest yang langsung dikeluarkan hari itu juga, menyisihkan sekitar separuh peserta. Saat tes pertama tersebut, aku mendapatkan teman yang berasal dari Jakarta,Yogyakarta, dan Surabaya. Kota-kota besar yang ada di Indonesia. Namun, pertemanan tersebut tidak seutuhnya menyenangkan menurutku, karena tanpa mereka sadari, aku menyadari pandangan "menganggap remeh" mereka terhadap aku. Di antara mereka, hanya yang dari Yogyakarta tersebut yang lulus tes pertama sama denganku.

Rabu, 30 April 2014

Rute Trans Jakarta Busway

Rute Trans Jakarta (TransJakarta) (Busway):

1. Lokasi kantor PT. Sumberdaya Dian Mandiri
    Merupakan perusahan outsourching (untuk merekrut tenaga kerja) dalam negeri
    Alamat : Jl. Suryopranoto 2 Komplek Harmoni Plaza Blok A no. 4-7 Jakarta Pusat
    Halte terdekat (berhenti di) : Halte Central Harmoni
    Setelah pintu keluar --> ambil ke arah kiri --> turun dari tangga lewati kantor pusat BTN, lewati Komplek     Harmoni Plaza sampe ujung --> belok kanan sampe ketemu jembatan --> belok kiri --> kiri --> kanan
    --> ketemu kantornya
    Kredibilitas kantor : Standar

2. Lokasi Kantor PT. Century Franchisindo Utama (Farmasi/Apotek)
    Alamat : Jl. Balai Pustaka Timur Raya No. 18 C Rawamangun Jakarta Timur
    Halte terdekat (berhenti di): Halte Velodrome --> pintu keluar ambil arah ke kanan --> ketemu simpang       lampu lalu lintas (lampu merah) belok kiri --> lurus terus (ketemu lampu merah) --> lurus --> di sebelah         kanan --> ketemu kantornya
Kredibilitas kantor : Buruk

3. Lokasi Kantor Smartfren Tbk
    Alamat : Sarinah
    Halte Terdekat (berhenti di) : Halte Sarinah --> keluar ke arah kanan --> Gedung Sarinah --> masuk ke       simpangnya (belok kanan) ---> ketemu simpang lampu merah (lampu lalu lintas) --> belok kiri --> lurus       terus --> ketemu kantornya (di sebelah kanan)
Kredibilitas kantor : Baik   

4. Lokasi Kantor Tempo Inti Media Tbk
Alamat : Kebayoran Center Blok A11-A15, Jl. Kebayoran Baru, Mayestik, Jakarta Selatan, 12240
Halter Terdekat (berhenti di) : Halte Kebayoran Lama --> keluar halte --> belok kiri --> di dkt jembatan fly over --> ketemu simpang kecil sebelah kiri --> masuk --> kantor di sebelah kanan
Kredibilitas kantor : Sangat Baik

Sabtu, 15 Maret 2014

Antara Mimpi dan Kenyataan

Cape rasanya badan dan fikiran ini. Jika memang ini bukan rezeki Ya Tuhan. Berikanlah keikhlasan pada hati ini dan berikanlah kekuatan untuk membuka tabir kehidupan di jalan yang lain. Jujur Tuhan, hamba-Mu yang hina ini sudah mulai letih dengan kehidupan. Kegamangan dan kegelisahan yang tampak setiap aku membuka mata ini. Ya Tuhan, bukan wanita hina ini tidak bersyukur terhadap setiap nafas yang Engkau berikan, pada setiap kesehatan yang Engkau berkahi. Tapi wanita hina ini, ingin hidupnya jadi lebih baik. Ingin mendapatkan pekerjaan yang bisa dikerjakan dalam waktu panjang, yang dengan gagah mengatakan apa pekerjaannya. Ya Tuhanku, apakah aku harus melepaskan sementara cita-citaku untuk melanjutkan studi. Aku hanya bisa melanjutkan jika ada beasiswa, tapi jika tidak ada beasiswa, hamba pilih mundur saja Ya Tuhan. Aku tidak ingin nanti malah setengah-setengah dan putus di tengah jalan. Dengan mempertimbangkan besarnya biaya jika aku memaksakan diri untuk melanjutkan studi.

Jika tidak melanjutkan studi, apa rencana hidup hamba ini yang terbaik menurut-Mu Ya Tuhanku. Apakah aku tidak memiliki rezeki seperti teman-temanku yang kerja di BUMN, PNS. Apakah aku ditakdirkan sebagai pegawai swasta? Ya Tuhanku, bolehkan aku mengeluh kepada-Mu, supaya lepas juga beban di hati ini. Ya Tuhanku, apakah ini cobaan bagi hidupku, atau azab atas segala keselahan-kesalahan yang pernah aku lakukan? Ya Tuhan, ampuni semua dosa hamba-Mu yang hina ini. Aku akan berpositif thinking dengan semua keadaan yang menimpa diriku saat ini. Bukannya kehidupan yang hakiki adalah kehidupan di akhirat? Hidup di dunia ini hanya sementara kan Tuhan? Bantulah hamba untuk melewati hidup yang sementara ini dengan penuh keikhlasan. Hamba tidak menyerah Ya Tuhan. Hamba hanya mengaku kalah di hadapanmu. Aku sombong. Tidak ada meminta kemudahan kepadaMu. Hamba mohon ampun Ya Tuhanku. Mudahkan segala urusan hamba Ya Tuhanku. Tuntunlah hamba ke jalanMu yang lurus, yang Engkau ridhoi, yang engkau anugerahkan untuk hamba-Mu ini. Jangan tinggalkan aku Ya Tuhan! ^^

Jumat, 07 Maret 2014

Masa-masa Kerja Keras dan Cinta Bodoh (blackflash)

Takah itu bana nasib denai, selalu dijadikan ban serap, ndk msslh cinta, ndk mslh kerja. Hondehhh, iboonyo lai, lah soman bola se denai opor2, klo bola bana, ndk baa do, ko denai ado hati, ado perasaan, ndak takana denai ko manusia juo? Lah ancok denai manahan hati, lah basaba denaai, lah lebaar soman lapangan badan denai, kok co iko se taruih, bia denai mundur, bia denai nan mangalah, bia denai ndak manambah duso nan lah ado! Sakik ati denai, lai tantu dek kalian!!!


WTF mah! Ee kalepor! Anda kira siko ndk punyo hati diopor2 bantuak bola? Okeh, situ jual sini beli! Msh byk kok ikan di laut. Oke. Let's see! Gue bs nunjukkin sesuatu yg situ gk pernah bayangkan! Fine!!!!!



Sangat tidak mengenakkan jadi cewe yang inisiatif. Terutama buat lelaki hidung belang! Terima kasih atas segalanya. Kan ku jadikan kalian pengalaman, supaya ku tak melakukan kesalahan lagi dan lagi. Semoga kalian juga rasakan sakitnya! Selamat mecoba!



Bodoh! Aku bodoh sekali! Dia ternyata menggaggapku tak lebih dari ..., dan ku mengharapkan cinta darinya. Sungguh bodohnya diriku! Untung ku cepatt bertindak dan menyadari segala ketidakberesan ini! Makasih yah N, semoga kamu!



Ternyata benar,, ada dua sisi yg melihatku dri sudut pandang yg berbeda. Satu, aku dianggap sebagai malaikat dan sisi lain, aku dianggap sebagai setan. Jadi, penilaian manusia utu sgt relatif!

Selasa, 04 Maret 2014

Rindu for Bapke (Ape)



Bayangan rindu ini seakan menjadi penari yang tak terhitung lagi
Helaan dan hentakan menebarkan lamunan
Meliuk-liuk, berlarian saling menghempas,  melepas angan yang terlanjur tercipta
Tak ada cela di mata hati ini, tiap mengingat dirimu
Aroma lelakimu seakan membius jiwa wanitaku ini yang rapuh
Ingin berutara tak bersuara, memainkan setiap dentuman jantung, helaan nafas, menari-nari,
Mengajak berlari, berkicauan, melepaskan penat hati
Tak ingin banyak kata yang terucap, takutkan melukai hati, takut melepaskan air mata berderai,
bersahut-sahutan
Aku seakan termakan dengan ucapanku sendiri
Aku galau, galau yang membutakan akal sehat, tapi membuatku bergairah, bersemangat mencapai
fase tertinggi di hidupku saat ini
Ku ingin asap ini menyampaikan getaran- getaran rinduku padamu
Inginku menguasai hati, jiwa dan dirimu
Namun, jika kita berjodoh

Rabu, 05 Februari 2014

Yeah! Gagal lagi, lagi dan lagi!

Belum PDKT, sudah gagal -_-
Lelaki 5
            Panggil dia dengan nama Ape Hopkids (nama disamarkan). Dia adalah teman media sosial facebook ku. Singkat cerita, kami berkomunikasi melalui komen-komenan status. Dan saat sabtu (1 Desember 2013) malam tiba. Aku dan dia sama-sama online. Kemudian …
Aku        : “Ape, besok kegiatannya apa nih?” (tau dia dan aku sama-sama jomblo)
Ape        : “Biasa, jogging di GOR. Kalau kamu?”
Aku        : “Kalau aku rencana berenang.”
Ape        : “Berenang dimana? Sama siapa?”
Aku        : “Sendirian. Susah cari teman yang suka berenang. Biasanya di GOR sih. Kamu mau ikut gak?”
Ape        : “Boleh. Aku ikut. Besok ajarin aku berenang ya!”

Setelah berganti pakaian dan berada di depan kolam berenang
Aku        : Mana Ape ya? Kan katanya dia nunggu di sini. (celingak-celinguk). “Ya udah ah, masuk kolam aja dulu. Mungkin aja nanti ketemu di dalam kolam berenang.”
15 menit kemudian
Aku        : Mana nih si Ape? (berenang ke sisi kiri kolam, banyak lelaki di sana tapi tidak bisa melihat dengan jelas, karena mataku minus. Alhasil aku celingak celinguk seperti orang tolol).
1 jam kemudian
Aku        : Duh, si Ape mana nih. Aku udah bela-belain berenang ke sini, tapi dia gak ada juga keliatan. Masa dia gak liat aku sih. Ih, kok gak samperin aku ya? (Suasana hati sudah mulai kesal)(Aku keluar dari kolam berenang dan menuju ke tempat penitipan pakaian, mencoba untuk menghubunginya melalui ponsel. Mengirim sms dan menelfonnya. Tapi tak diangkat). Berarti dia masih di dalam kolam nih. (Aku balik ke kolam berenang lagi).
1 menit kemudian
Aku        : (Berenang seperti biasa, seakan-akan aku pergi ke kolam berenang sendirian). (Melupakan sejenak keberadaan si Ape). (Mencoba menghibur diri sendiri).
1,9 jam kemudian
Aku        : (selesai berenang karena hari gerimis lebat dan kehilangan mood untuk berenang). (Setelah berpakaian, mengecek ponsel dan mendapati sms kalau dia pulang). (Pulang dengan perasaan kecewa).
               Dia adalah lelaki tamatan universitas *slam. Perawakan yang maskulin. Tinggi sekitar 169 cm. Berwajah tampan. Ini pertama kalinya aku melihat dia secara langsung di dunia nyata. Kali ini usaha pedekate ku gagal.
______________________________’’’________’’’________________________________
Eng Ing Eng…
               Dia tetap lelaki normal, dan aku shock mendengarkan kejujurannya. Dia tidak bedanya dengan teman chatku yang lain. Aku menjadi hilang rasa untuk serius kepadanya. Dia pun juga begitu kepadaku, sepertinya. Kami melakukan PS, pada malam itu. Aku sebenarnya malu, tapi mau. Kami sama dengan (=). Tapi bedanya aku tidak pernah melakukannya di dunia nyata, sedangkan doi pernah melakukannya. Tidak sampai Love ter-Making, tapi sudah “karaokean”. Aku putuskan untuk melepaskan angganku membawanya ke atas pelaminan cinta. Tidak bisa dibawa serius, aku sudah dianggap “murahan” baginya. End for love, just friend forever. Pencarian cintaku (baca: menunggu cintanya) terus berlanjut.

_ending sementara_


                     Minggu kemarin adalah hari minggu yang paling berkesan bagiku. Minggu dimana aku joging tidak lagi dengan wanita (adik sepupu ataupun temanku) tetapi dengan seorang pria, yaitu lelaki 5, Ape. Jujur dari awal pertama kita ketemuan dulu, aku sudah tertarik kepadanya. He's so awesome. Ditambah lagi dengan pertemuan kami (maen basket dan joging), membicarakan tentang masa lalu cinta kami, dan kemudian menertawakannya. Entah kenapa rasanya aku jatuh cinta dengan karismanya. Oh, My God! Walaupun matanya sipit, tapi senyumnya karismatik, mempesona jiwa wanitaku. Diakhir-akhir joging, dia mulai mengubah topik pembicaraan ke hal yang lebih "hot". Dia membahas mengenai PS yang pernah kami lakukan sekali dulu. Dia berkata kalau "aku tinggi nafsunya", dan juga biasanya cewe yang berkumis tipis (nafsunya pasti gede). Pernyataannya itu membuatku malu. Luar biasa malu. Setelah cape joging, kami pun menambah rute perjalanan ke taplau (tapi lauik/ pantai). Di sana dia kembali memulai pembahasan "hot". Dia bertanya dan menjawab sendiri gimana cara aku jika masturbasi, menyatakan kalau wanita akan naik nafsunya setelah berciuman, pernyataan-pernyataan "hot"nya itu berhasil membuatku gerah. Namun, ada hal yang bikin aku badmood, dia bilang aku gendut (benar sih!) dan dadaku kecil (iyah tau T.T). Aku kehilangan mood sejenak, dan membiarkan pandangan lepas ke arah lautan. Tapi kemudian dia menggodaku kembali, dan mengatakan "pasti sudah basah ya? banyak ya?". Betapa malunya aku. Setelah puas membahas hal-hal gila kami pun memutuskan untuk pulang. 
Ape : "Buee aja dulu yang berdiri". 
Aku : "Kenapa emangnya, bareng-barenglah bapkee".
Ape : "Buee ajalah, aku mau liat buee, pasti basah celananya". (ia terus menggodaku)
Aku : "Yee, gak gitu juga kali bapke". (luar biasa malu dan tetap nungguin dia berdiri)
Ape : (berdiri dan jalan duluan, berhenti sebentar, dan berbalik melihat celana ku)
Aku : (menarik lengan tangannya supaya kembali ke arah depan dan membelakangiku)
Ape : (mendorong ku dengan lengannya, dan terasa lengannya menyentuh dadaku),(srr, aku memerah)
Aku : (memukul lengannya dengan lembut)
Ape : (kembali menyenggol dadaku dengan modus mendorongku dengan lengannya) (dadaku berdesir, aku malu)
Ape dan aku : (kami segera menuju motor kami masing-masing)
Ape : "Duluanlah" (tersenyum kepadaku)
Aku : "Gak, barenglah." (tersenyum kepadanya)
Ape : "Bareng?" (dengan ekspresi menggoda)
Aku : (tatapannya seakan-akan ingin melumatku)

Di dalam perjalanan, kami bersama motor kami masing-masing
                  Ape kembali menggodaku dengan pernyataan "basah". Aku hanya bisa tersenyum malu, sesekali aku bisa menggodanya kembali, saat dia melihat cewe berdua membawa motor dengan pakaian minim. 
Ape : "Lihat Buee, cewe itu pakai stocking". (sambil mengendarai motor)
Aku : "Terus kenapa bapke. Nafsu pula bapke?" (mengendarai motor juga) (ekspresi senyum menggoda)
Ape : "Gak. Aku nafsu liat buee lagi, apalagi kalau lagi bugil." (senyumnya menggoda lagi)
Aku : (tak bisa berkata-kata lagi)
                Sampai di persimpangan kami pun pisah. Sesampainya di rumah, aku jadi teringat kepadanya. Ingat betapa lihai menggodaku, tidak terkesan "otak mesum" tapi kami sama-sama menikmati obrolan panas kami berdua. Sambil tertawa dan menatap puas wajahnya. Padahal obrolan kami mesum, tapi aku merasa nyaman didekatnya. Tidak ada rasa takut. Malah aku ingin merasakan jadi penumpang di belakang motor koplengnya itu. Sungguh mempesonanya dia ketika kaki panjangnya, badannya yang keras, mengendarai motor besar itu. Simply activity that makes me deeply crazy. Satu hal lagi, saat Ape, lelaki 5 ini bertanya, dia aku anggap seperti apa, aku ingin mengatakan bahwa aku menganggapnya lebih dari sekedar teman PS, teman biasa, aku ingin dia jadi seseorang yang ku cintai lahir dan bathin, dan aku ingin dia menganggapku juga seperti itu. Tidak tau endingnya seperti apa, yang jelas status FB : I'm falling in it (love). Feel so deep. I must control my self, before i'm going crazy. That's simply activity with meaningful memories adalah untuk kamu bapke, Ape. Hope bakal happy ending. Aminn...


__ending sementara__

Padang, 22-02-2014

Kita maen basket bareng, tidak ada momen yang istimewa hari itu. Maen basket sambil cerita ngalor ngidul, terasa membosankan karena dia, Ape, marah karena aku telat datang >.< Tapi marahnya masih standar dan dia kelihatan semakin karismatik, karena dia berani menunjukkan rasa amarahnya di depan orangnya langsung. He's so gentleman. I just saying that I'm falling in love with you. Huaaa, aku gak bisa mengontrol rasa ini lagi. Bapke, adiak suko jo uda. T.T :( Sampe saking galaunya, aku meremove dia dari pertemanan FB, ntah apa yang ada di dalam fikiran sana. Ketika aku add as friend dia lagi, dia menanya dengan cara yang lucu, mengapa aku meremove dia. Dia tidak marah dan dia menghadapi dengan kepala dingin dan lelucon. Ahh, bikin tambah naksir aja nih, bapke. :* Apapun itu, apapun hasilnya nanti, aku bersyukur pernah mengenalmu, dan pernah mempunyai kenangan bersamamu. Saat kamu bercanda dan mengatakan bahwa aku menembakmu, ingin sekali aku berkata iya, tapi ingat lagi, aku kan cewe, aku gak mau dianggap murahan lagi. Aku akan menunggu hatimu Bapke, jika kamu juga mempunyai rasa yang sama, tentu kamu akan menunjukkan dan menyatakannya, tapi jika tidak, berarti rasa itu hanya aku yang miliki, kamu tidak. Dan jika saat itu tiba, aku harus membesarkan hatiku sebesar yang aku bisa. Kenapa aku selalu rindu kepadamu? Kamu apakan aku? Jadinya begini. Nananaaa. Kamu hipnotis aku! :* bapke
__menunggu endingnya seperti apa__

Oke, fine!!! This is the end of story. Gak usah banyak bertanya lagi mon! Fakta jauh lebih akurat dibandingkan dengan asumsi belaka. Say goodbye for Ape (senior) dan Ande (junior). Makes your dream come true, Mon! Jangan usik hidupmu dengan masalah remeh temeh yang hanya meletihkan jiwa dan fikiranmu! You're not an angel mon! You just be an human, ordinary human. Gue dan Ape end!!!  

__The End__


Ini memang salahku. Aku begitu murahan baginya. Begitu mudah ku mengungkapkan rasa sayangku pada manusia seperti dia. Dua kali dia ingkar janji, padahal dia yang telah berjanji. Sungguh capek rasanya. Aku seperti manusia yang tidak punya pekerjaan selain mengganggu kamu. Tinggal satu janji lagi, apakah kamu akan mengingkarinya lagi atau tidak. Kali ini memang aku yang berjanji, mengajakku menemaniku nonton film di bioskop dengan iming-iming aku yang mentraktirnya. Baru kamu mau. Mentraktirmu itu bukan masalah bagiku. Masalahnya adalah apakah kamu akan mengikari janji yang aku buat.  Setelah ku memainkan permainan yang aku rancang sendiri, aku mengikuti proses dan mengamatinya. Fix! Kamu tidak ada rasa "sayang" kepadaku, cuma sesekali kamu ingin bermesum ria, kamu menjadikanku sebagai pelampiasan "chat sex" kamu. Baiklah. Jika janji besok masih tetap kamu ingkari, maka itu adalah janji terakhir kita. Terima kasih atas penglaman pertemanan denganmu. Aku tidak akan menghapus akun pertemanan kita di medsos, tapi di sisi lain aku tidak akan menganggumu lagi. Senin! Let's see!
                                           
                                                       __Menunggu The Real of Ending__